top of page

Mengenal Persembahan Persepuluhan (6)


Ada yang menarik soal konsep persembahan yang dicetuskan oleh Rasul Paulus. Konsep persembahan ini bahkan jauh lebih ‘radikal’ dari konsep persembahan persepuluhan di PerjanjianLama. Paulus menegaskan bahwa yang harus kita persembahkan adalah seluruh “tubuh” (bhs. Yunani-soma: hidup dalam keutuhanny). Seperti terdapat dalam Roma 12:1 Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati.” Konsekuensi dari pemahaman tersebut adalah segala sesuatu yang tubuh kita miliki atau peroleh adalah milik Allah semata. Jadi, 100% uang kita, bukan 10%, adalah milik Allah yang dipercayakan kepada kita dan dipersembahkan.


Dalam perspektif itulah, maka persembahan diserahkan kepada kita untuk kita kelola atau tata layani seluruhnya untuk kemuliaan Allah. Amat menarik bahwa Paulus kemudian memberi petunjuk jelas mengenai makna persembahan seluruh hidup itu. Dalam 2 Korintus 8:1-15 ia menganjurkan jemaat Korintus untuk memberikan persembahan khusus kepada jemaat di Yerusalem. Ia menyebutnya sebagai “pelayanan kasih,” karena memang landasan utamanya adalah kasih (2Kor.8:6, 7, 19-20, 9:12). Prinsipnya, persembahan kasih yang kita berikan kepada sesama itu adalah cerminan dari persembahan hidup kita untuk Allah sendiri. Pelayanan kasih yang berisi pemberian ini bukan hanya mencukupkan keperluankeperluan orang-orang kudus, tetapi juga melimpahkan ucapan syukur kepada Allah. (2Kor. 9:12).


Dari tinjauan alkitabiah yang kita lakukan lantas apa yang harus kita pahami mengenai persembahan persepuluhan maupun persembahan-persembahan lainnya? Persembahan persepuluhan atau persembahan lainnya pada dasarnya adalah ucapan syukur serta bagian dari pertanggungjawaban kita dalam kerangka tindakan penatalayanan terhadap milik yang telah dipercayakan pada kita. Selain itu haruslah kita memahami bahwa persembahan yang kita persembahkan bentu bakti kepada Tuhan, bukan sebagai formalitas semata atau bahkan sebuah upaya untuk ‘mendapatkan balik berkat Allah’ secara bekali-kali lipat. Akhirnya persembahan persepuluhan, boleh saja dipersembahkan asal dengan tulus, sukarela dan disertai pemahaman yang benar, yaitu sebagai disiplin dan komitmen rohani dan pribadi. Minggu ini kita juga merayakan sebuah momentum ‘persembahan hari raya panen’ atau unduh-unduh. Rayakanlah momen ini sebagai sebuah saat dimana kita merenungkan kebaikan Tuhan yang begitu besar dalam hidup kita.

Kategori
Recent Posts
Archive
bottom of page