Keluarga yang Berdoa dan Berkarya
Kej. 32:22-31, Maz. 121, 2 Timotius 3:14- 4:5, Lukas 18: 1-8
Ora et Labora, Berdoa dan Bekerja. Tentu Anda tidak asing dengan semboyan ini. Semboyan yang dicetuskan oleh Benedictus kira-kira pada tahun 540 M ini, muncul ketika orang memisahkan antara doa dan karya hidup sehari-hari. Ada orang yang fokus bekerja, sehingga mengabaikan kehidupan spiritualnya. Sebaliknya, ada pula yang giat berdoa, sehingga lupa untuk bekerja, dan cenderung melahirkan kemalasan. Bagi Benedictus, kemalasan adalah musuh jiwa, setiap orang harus berjuang dengan tangan, juga doa, membaca kitab suci. Di sini Benedictus mengingatkan setiap orang, sesungguhnya hidup itu adalah perjuangan. Perjuangan hidup harus dijalani dengan doa. Doa tanpa perjuangan adalah kebodohan dan perjuangan tanpa doa adalah kebebalan. Perjuangan dan doa adalah irama kehidupan. Dengan irama yang indah itu setiap orang, setiap keluarga boleh berjuang dengan gembira dan makin hari berniat mewujudkan hidup yang semakin baik, bermartabat, sesuai dengan kehendak Tuhan.
Di tengah berbagai pergumulan masa kini, di mana ketidakpastian ada di sekitar kita, berdoa merupakan sumber peneguhan bagi umat, keluarga, persekutuan dan bagi bangsa Indonesia. Melalui doa kita berdialog dengan Tuhan. Di sana suara Tuhan didengar dan Ia mendengar suara kita. Tentu saja doa mesti diwujudkan melalui aksi nyata yaitu karya, dan karya dilanjutkan dalam doa, demikian seterusnya. Karya dan doa menjadi lingkaran kehidupan yang tidak terputus. Dalam doa ada karya, dalam karya ada doa. Pada minggu ketiga bulan keluarga ini, kita akan menghayati bersama makna doa dan karya serta berusaha membiasakan hidup dalam doa dan karya. Mari jadikan keluarga kita, keluarga yang berdoa dan berkarya.