“Bertumbuh dalam Kasih Allah dan Sesama”
I Samuel 2:18-20, 26; Mazmur 148, Kolose 3:12-17, Lukas 2:41-52
Bapak Presiden Joko Widodo sering sekali menyampaikan dan memberi semangat kepada rakyat Indonesia bahwa keberagaman Indonesia adalah kekayaan dari Tuhan yang patut disyukuri. Dalam keberagaman itu, kita perlu memahami dengan tepat identitas kita selaku orang-orang yang dikuduskan dan dikasihi Tuhan, yang ditempatkan di tengah masyarakat yang majemuk.
Pemahaman identitas ini mendorong kita untuk melakukan pilihan-pilihan sikap dalam rangka turut serta mewujudkan kehidupan berbangsa yang adil dan beradab, yang bersatu, yang berhikmat dan bijaksana dalam bermusyawarat, serta yang berkeadilan sosial, sesuai dengan sila-sila Pancasila. Orang-orang yang beriman diajak untuk bertumbuh dalam kasih Allah, sekaligus pada waktu yang sama bertumbuh dalam kasih kepada sesama. Perspektif pada diri sendiri dan pandangan dari orang lain tidak seharusnya melemahkan semangat orang beriman untuk bertumbuh membagi kasih.
Sebagai orang percaya, pengikut Kristus wajib menundukkan diri pada otoritas Allah dan menyadari bahwa dirinya sudah menjadi manusia baru. Identitas yang baru itu harus diwujudkan dalam bentuk mendatangkan kebenaran dan kebaikan Allah dalam kehidupan bersama. Dalam bangsa yang plural ini, orang percaya diajak untuk menyadari “siapa dirinya” dan “apa panggilannya”. Hal ini berarti orang percaya tidak boleh hanya melihat dirinya dan terpengaruh oleh keadaan sekitarnya, tetapi kesadaran identitas selaku orang percaya itu harus berbuahkan pilihan-pilihan sikap hidup yang menghadirkan kasih Allah dalam kehidupan bersama. Sebagai orang percaya yang juga menjadi anak bangsa Indonesia, ideologi Pancasila dimaknai sebagai panggilan untuk hidup bertumbuh dalam kasih Allah dan sesama anak bangsa.