top of page

“Tahun Baru, Tambah Imannya?”


Surat Ibrani 5 : 11 – 14

Seorang bayi hanya boleh minum susu, sebab pencernaannya belum siap menerima dan mencerna makanan keras. Sebaliknya orang dewasa harus makan makanan keras dan berkalori cukup, jika tidak, dia akan lemah, wajah kusut dan cepat layu. Secara sosial bayi tergantung dengan orang tuanya. Karena dia memang belum dapat hidup mandiri. Dunianya adalah dirinya sendiri, ia belum dapat memahami kepentingan orang lain. Namun ketergantungan itu harus semakin berkurang seiring bertambahnya usia. Dan setelah dewasa dia melepaskan diri sama sekali dari ketergantungannya bahkan menjadi tempat bergantung bagi anak-anaknya dikemudian hari. Penulis surat Ibrani melihat jemaat di Ibrani tidak mengalami proses tumbuh kembang spiritualitas sebagaimana mestinya. Dari segi waktu, mereka sudah lama menjadi Kristen, namun secara kualitas, iman mereka tidak berkembang. Mereka belum dewasa di dalam iman. Itulah sebabnya, penulis mengingatkan mereka agar bertumbuh di dalam Kristus.

Bertumbuh di dalam Kristus berarti menjadi dewasa. Ia menyadari tanggung jawabnya, mampu melayani dan tidak lagi hanya ingin dilayani. Dia tidak lagi mudah tersinggung sekaligus tidak ingin menyinggung perasaan orang lain. Dia mampu berempati sekaligus menwujudkannya dalam aksi. Intinya, orang yang dewasa rohani akan menjadi pribadi yang kuat sekaligus tertanam didalam gereja dan menjadi berkat didalam dunia.

Untuk menjadi dewasa, kita perlu makan makanan rohani yang baik, gizi rohani yang cukup dan tidak sembarangan dalam hidup. Perjamuan Kudus adalah salah satu sarana kita memperoleh makan makanan rohani itu. “Makanlah” makanan rohani yang baik dengan cara yang baik pula, agar tumbuh kembang rohani kita tetap terpantau. Tahun baru, durasi usia kita bertambah, maka sebaiknya, kedewasaan iman kita pun bertambah pula.

Kategori
Recent Posts
Archive
bottom of page