Perspektif Hidup
Matamu adalah pelita tubuhmu. Jika matamu baik, teranglah seluruh tubuhmu, tetapi jika matamu jahat, gelaplah tubuhmu.
(Lukas 11:34)
Alice Herz-Sommer meninggal tanggal 23 Februari 2014 pada usia 110. Ia adalah seorang Yahudi dan adalah saksi hidup tertua atas kekejaman NAZI. Menurut pengakuannya, kunci kehidupannya adalah perspektif optimis, bahkan di tengah kekejaman penjara NAZI. Ia berkata, “Saya selalu melihat dari sisi baik. Ketika kita tenang, tubuh kita akan tenang. Ketika kita pesimis, tubuh kita akan bergerak dengan cara yang tidak natural. Terserah kepada kita apakah kita mau melihat dari sisi baik atau buruk.”
Apa yang dikatakannya sungguh benar. Hidup kita sangat dipengaruhi oleh perspektif kita terhadap kehidupan ini. Inilah yang Yesus maksudkan ketika Dia mengajar tentang mata sebagai pelita tubuh. Dua orang yang melihat suatu hal yang sama dapat memiliki persepsi yang bertolak-belakang terhadap apa yang dilihatnya. Yesus mengajarkan bahwa kita harus memilih perspektif yang baik dan membangun, sebab persepsi tersebut akan membentuk kehidupan kita. Kalau kita terbiasa melihat hidup dari perspektif pengharapan dan optimisme berdasarkan iman kepada Allah, maka niscaya hidup kita akan terang dan ringan. Sebaliknya, kalau kita terbiasa melihat hidup dari perspektif negatif dan pesimis, seakan Allah tidak ada, maka akan gelaplah kehidupan kita.
Perspektif mana yang lebih sering kita pakai dalam menjalani kehidupan kita sehari-hari? Baik itu ketika di rumah, di jalan, di sekolah, di tempat kerja, di gereja, dan sebagainya. Pastikanlah bahwa perspektif tersebut adalah perspektif iman pengharapan supaya hidup kita menjadi terang dan indah.
Selamat hidup dalam perspektif Tuhan. ^-^