“Menjadi Dewasa.”
Engkau menghanyutkan manusia; mereka seperti mimpi, seperti rumput yang bertumbuh, di waktu pagi berkembang dan bertumbuh, di waktu petang lisut dan layu.”
Mazmur 90:5-6
Ada guyonan, “Mana yang lebih tepat, mengucapkan selamat panjang umur atau selamat berkurang jatah usianya?” Anggaplah jatah umur kita 70 tahun, dan tahun ini kita berulang tahun ke-50, berarti umur kita tinggal 20 tahun. Bukannya panjang umur, ternyata jatah umur kita sudah berkurang! Kesadaran ini dapat mendorong kita berpikir apakah sudah menjalani hidup secara berarti, berdampak, dan berguna.
Dalam Mazmur 90, Musa mengakui Tuhan sebagai tempat perlindungan dan perteduhan yang pasti. Ia menyadari keterbatasan hidup manusia yang sebentar ada, tetapi sejurus kemudian lenyap dan dunia tidak lagi mengingatnya. Tujuh puluh tahun, atau bila kuat delapan puluh tahun—menggambarkan adanya batas usia manusia. Karena itu, kita mengharapkan belas kasihan, pemeliharaan, dan kemurahan Tuhan. Pemazmur memohon agar dirinya ditolong untuk dapat menghitung hari-hari hidupnya dan menjadi bijaksana, yaitu dapat menikmati kasih setia Tuhan dalam rasa syukur.
Kesadaran akan keterbatasan masa hidup kiranya membuat manusia menghargai dan bersyukur atas setiap tarikan napas yang masih Tuhan karuniakan. Ungkapan syukur yang juga diwujudkan dengan usaha membuat hidup yang masih dijalani menjadi berarti, bermakna, dan berdampak bagi orang lain. Hidup yang dijalani menjadi berarti saat hidup itu tidak terfokus pada diri sendiri, tetapi mengarah kepada sesama. Jadi, yang penting bukanlah panjang pendeknya umur, tetapi bagaimana dengan hidup ini kita menjadi berkat bagi sesama.
Selamat Menjalani Hari