Menerima kekalahan
Sejak hari itu maka Saul selalu mendengki Daud. (1 Samuel 18:9)
Pemilihan presiden AS pada 1940 dimenangkan oleh Franklin D. Roosevelt dengan perolehan 55% suara. Lawannya, calon dari Partai Republik, ialah Wendell Wilkie. Yang membuat banyak orang heran adalah respons Wilkie setelah kalah. Ia malah mendukung salah satu kebijakan kontroversial Roosevelt mengenai tanah. Ketika ditanya, ia menjawab, "Dulu saya bertarung keras untuk mengalahkannya, tetapi sekarang ia sudah terpilih. Sekarang ia presiden saya."
Sejak penaklukan Goliat (1 Sam. 17), Daud sangat populer di mata rakyat. Sebagai komandan prajurit Israel, ia meraih kemenangan demi kemenangan dengan gemilang, sehingga Daud merebut hati bangsanya melebihi Saul. Bahkan anak dan pegawai raja pun bersimpati besar padanya. Namun jiwa besar, tidak ada pada Saul. Ia menolak untuk menerima kenyataan tersebut. Ia tidak terima dirinya dikalahkan. Ia membiarkan kedengkian menguasai dan merusak jiwanya.
Hidup itu tidak selamanya berhasil, tidak selamanya pasti menang. Seringkali Tuhan ijinkan kita mengalami kegagalan dan kekalahan. Melalui kekalahan dan kegagalan itulah sebenarnya sebagai ajang kita untuk mengevaluasi diri, bebenah melakukan perubahan kearah yang lebih baik, menyusun berbagai strategi baru, ataupun rencana baru. Kegagalan dan kekalahan adalah satu tahapan yang kadang diijinkanTuhan terjadi untuk membuat kita berhasil dan peroleh kemenangan didepan.
Namun, kelemahan manusiawi kita seringkali tidak mudah menerima dan mengakuinya. Terlebih ketika kita sudah menempatkan diri pada harapan yang begitu tinggi. Seperti Saul yang selama ini menjadi orang nomor satu, merasa tersisih dengan berbagai keunggulan Daud. Ia mengeraskan hati untuk tidak mau menerima kekalahannya seperti Wendell Wilkie terhadap Roosevelt. Ia memilih bersikap mendengki kepada Daud, meski dalam hatinya mengakui bahwa Daud memang dipimpin dan diberkati Tuhan. Saul memilih rasa tidak terimanya dikalahkan dengan mengumbar terus menerus kedengkian dan kebenciannya pada Daud. Energi negatifnya terkuras untuk melenyapkan Daud, sehingga hidupnya tidak tenteram, menderita batin dan mengalami gangguan kejiwaan yang membuatnya sangat tidak bahagia.
Kekalahan dan kegagalan bukanlah aib yang harus terus menerus melekat. Orang yang berani memakai kekalahan dan kegagalan secara positif sebagai sebuah lecutan untuk introspeksi dan siap berubah, berencana, dan berusaha lebih baik adalah orang yang memiliki energi positif yang akan menumbuhkan sikap optimis dan semangat siap untuk maju dan menyongsong keberhasilan dan kemenangan didepan.
Jangan kegagalan atau kekalahan membuat kita semakin terpuruk, tetapi miliki sikap positif sebagai pelecut untuk lebih maju.