Roh Kudus Menghadirkan Keterbukaan
Kej. 11:1-9, Maz. 104:24-34, Kis. 2:1-21, Yoh. 14:8-17, 25-27
Kata roh berasal dari bahasa Ibrani ‘Ruah’. Secara harafiah, kata ini berarti angin. Maka sebagaimana angin, roh tidak dapat dibatasi. IA dapat ada dan berada di mana saja. IA juga tidak memilih-milih kepada siapa ia akan ada. Namun, angin ada dan berada bagi siapa saja. Demikian pula Roh Kudus. Roh yang bersifat kudus ini juga roh yang tidak dapat dibatasi. Justru karena itu, gereja dan orang-orang Kristen dipanggil bersama-sama dengan sesamanya –dalam segala perbedaan yang ada– untuk mewujudkan karya Roh dan menghadirkan damai sejahtera (Yun: eirene) di dunia ini. Sebab karya Tuhan juga tidak dapat dibatasi. Karya Tuhan ditujukan kepada dunia. Dunia adalah tujuan kasih Allah (bdk. Yoh 3:16). Dengan demikian kehidupan beragama perlu semangat yang inklusif (terbuka) untuk bersama berjuang menghadirkan damai sejahtera bagi semua.
Kisah Pentakosta adalah kisah di mana Allah bekerja meluluhlantakkan semangat eksklusivitas (menolak perbedaan) yang menguasai umat manusia, sebagaimana yang secara metaforis dinampakkan melalui pembangunan menara Babel (Kej. 11). Karya Roh menyatukan umat manusia yang beragam itu dalam semangat inklusivitas (keterbukaan), hingga pemahaman dan pengertian umat manusia dijembatani oleh bahasa yang sama (Kis. 2). Dengan bahasa yang sama itu, manusia dapat saling memperlengkapi hingga mampu membangun kehidupan yang adil dan sejahtera bagi semua. Mari kobarkan karya Roh Kudus sebab Roh Kudus membawa keterbukaan diantara umat manusia.