top of page

Merayakan Pengampunan Ilahi dalam Persekutuan


Kel. 32:7-14, Maz. 51:1-12, I Tim. 1:12-17, Luk. 15:1-10


Seorang filsuf postmodern bernama Anton Houtepen (1940-2010), mengatakan bahwa pengampunan adalah salah satu emosi yang hanya terdapat dalam diri manusia yang dapat digunakan untuk membuktikan adanya Tuhan. Sebab manusia pada dirinya tidak dapat mengampuni. Hanya oleh karena Tuhan yang ‘meletakkan’ kemampuan mengampuni dalam diri manusia, maka manusia dapat mengampuni sesamanya. Kemampuan mengampuni inilah yang membedakan antara manusia dengan mahluk yang lain. Sehingga hanya mahluk manusialah yang diberikan kemampuan oleh Tuhan untuk dapat memutus rantai perselisihan, pertengkaran, dan memulihkan relasi yang rusak.


Fredrich Wilhelm Nietzche (1844-1900), mengatakan bahwa pengampunan adalah bagian yang sangat mendasar dari moralitas Kristen. Alkitab memberikan petunjuk kepada kita bagaimana pengampunan merupakan hakekat dari Allah sendiri. Paulus bersaksi kepada anak rohaninya, Timotius, bagaimana pengampunan Allah diberikan kepada orang yang paling berdosa seperti dirinya (I Tim.1:12-17). Meski Allah adalah Maha Pengampun, bukan berarti Allah adalah allah yang lemah. Ada pengampunan, namun ada pula penghukuman atas segala pelanggaran (Kel.32:7-14). Sebab, dalam pengampunan itu, ada didikan, ada kasih sayang, ada pengharapan.


Oleh karena pengampunan adalah hakekat Allah, dan kita adalah persekutuan yang berpusat pada Kristus, maka semestinya setiap kita pun dapat menunjukkan jika Kristus sungguh memandu dan memberi pengaruh dalam hidup kita. Mari kita rayakan pengampunan di dalam persekutuan.

Kategori
Recent Posts
Archive
bottom of page