Mengenal Liturgi ‘Lima’ (2)
Liturgi Lima yang pada edisi binawarga yang lalu telah disinggung rupanya menjadi salah satu acuan pertimbangan pembaruan liturgi Sinode Gereja-gereja Kristen Jawa melalui Tim Liturgi yang ada di bawah Komisi Ajaran. Penggunaan bentuk liturgi tersebut dalam pembaharuan liturgi GKJ tentu saja dengan pengolahan lebih lanjut dengan melakukan penyesuaian tata ibadah tersebut sesuai dengan ajaran dan karakter GKJ. Memang pada awalnya Liturgi Lima hanya merupakan liturgi pelayanan perjamuan kudus,tetapi bagi gereja-gereja Kristen dapat menggunakan tata liturginya menyesuaikan tata liturgi di gereja masing-masing jika tanpa perjamuan kudus.
Kini untuk memahaminya lebih lanjut mari kita menyimak bagian per bagian dalam pola tiga ordo yang disusun dalam liturgi lima. Bagian pertama dalam urutan tersebut adalah liturgi masuk, demikian:
Liturgi Masuk:
Nyanyian Pembuka
Votum dan Salam
Nyanyian Pujian
Pengakuan Dosa dan Berita Anugerah
Kyrie- Gloria (Pujian Kemuliaan bagi Allah, bisa dengan litani atau pujian seperti KJ 48)
Rangkaian tata ibadah dimulai dengan mengajak umat untuk menyanyikan lagu pembuka sebagai bentuk persiapan umat dalam memasuki momen yang dikhususkan sebagai wadaah komunikasi serta menyembah Tuhan. Setelah selesai, momen tersebut diteguhkan melalui votum dan salam. Votum berisi pengakuan terhadap kemahakuasaan Allah, sementara salam menampung dimensi persekutuan yang ada dalam ibadah. Setelah votum salam, Nyanyian pujian dinyanyikan sebagai respon atas votum-salam. Pengakuan dosa dan berita anugerah adalah dua rangkaian yang tidak dapat dipisahkan. Manusia mengakui dosa mereka dan tentu saja merasakan Anugerah Allah. Yang menarik adalah bagian Kyrie dan gloria keduanya adalah istilah bahasa latin yang menunjukkan dua bagian pujian yakni pengakuan akan manusia yang membutuhkan pertolongan Tuhan dan Gloria yakni pengakuan akan kemahakuasaan Tuhan.