KEBANGKITAN
Kebangkitan adalah hal yang tidak mudah dimengerti melalui nalar manusia yang memiliki keterbatasan. Hal itu masuk dalam kategori keajaiban yang hanya dapat dipahami melalui iman. Sebenarnya tidak hanya kebangkitan; ada banyak hal lain di dalam kehidupan ini yang nalar manusia tidak dapat memahaminya.
Orang Yunani dipengaruhi filsafat yang menganggap manusia terdiri dari tubuh yang bersifat fana dan rendah, yang menjadi penjara bagi jiwa yang mulia dan abadi. Sesudah mati, tubuh fana hancur dan bebaslah jiwa dan hidup selama-lamanya. Jadi sulit bagi mereka menerima pengajaran tentang kebangkitan. Yesus yang bangkit sulit diterima dan kebangkitan dagingpun tidak ada dalam kamus mereka. Bahkan kebangkitan daging dianggap penghinaan atas pandangan filsafat mereka, karena daging justru dinilai hina dan memenjara jiwa. Ketika mereka menerima kesaksian Injil tentang Yesus yang bangkit dan menampakkan diri, mereka menganggap bahwa yang menampakkan diri itu adalah roh Yesus yang pergi ke sana kemari.
Sebaliknya, orang Yahudi sangat menghargai harkat-harkat tubuh jasmani, karena tubuh itu pulalah yang kelak akan dibangkitkan. (Kecuali orang Saduki yang tidak mempercayai kebangkitan). Orang Yahudi juga tidak memandang manusia terdiri dari unsur-unsur tubuh, jiwa dan roh. Manusia adalah suatu kesatuan. Orang Saduki juga tidak percaya kebangkitan karena menurut mereka Torat dan kitab para nabi tidak mengajarkannya.
Dalam I Kor.15 atau ayat lain yang mengajarkan tentang kebangkitan, di situ baik filasat Yunani maupun Yahudi ditolak oleh Paulus. Kita akan dibangkitkan, dan diberi tubuh baru yang tepat guna untuk hidup kekal. Darah dan daging yang kita pakai sekarang ini tidak dapat dipakai lagi dalam Kerajaan Sorga. Tuhan akan memberi tubuh baru yang mulia. Juga di dalam surat 1 Tessalonika 4 : 13 - 18 Paulus menjelaskan dan menghibur jemaat Tessalonika tentang kebangkitan dan keselamatan dalam Kristus.
Bagaimana dengan pandangan budaya kita tentang itu? Seperti dalam hal masakan atau makanan, orang Jawa juga suka mencampur aduk dalam pandangan tentang itu. Atau mungkin pandangan kita merupakan “blasteran” (hybrid) antara Yunani, Asia Barat (Yahudi) dan India?. Kita punya pandangan tentang roh yang abadi, atau yang “gentayangan”; ada selamatan 3, 7, 40, 100, 1000 hari menyertai proses perginya roh orang mati, tapi kadang-kadang ada juga pandangan bahwa tubuh kita yang sekarang inilah yang akan masuk sorga.
Bahkan orang pacaran yang “terpaksa berpisah” di dunia ini karena sesuatu sebab, sering masih “dengan emosi” ingin diteruskan di sorga. Kata sang kekasih sebelum berpisah : “Kunanti engkau dik, di pintu sorga”. Emangnya di sorga orang masih sempet pacaran? Atau mungkin orang “Jawa” juga tidak memahami kebangkitan?