KALAHKAN KETAKUTAN
Secara psikologis, rasa takut sebenarnya sesuatu yang alamiah. Setiap manusia secara wajar akan mengalami-nya. Rasa takut memiliki latar belakang dan akarnya pada pengalaman dan sikap atas hal-hal yang pernah dialami. Ketakutan menjadi mekanisme agar manusia mengambil sikap dan tindakan cepat atas sesuatu yang dialami : dihadapi atau melarikan diri. Yang bekerja dalam proses ketakutan biasanya adalah perasaan, bukan pemikiran. Sikap dan tindakan yang bersifat “short cut” (cepat) itu adalah “non critical” (bukan pemikiran kritis).
Memang cara orang menanggapi serta memaknai pengalaman yang menakutkan bisa menghasilkan keadaan yang berbeda. Ada rasa takut yang wajar, ada yang tak wajar, ada yang berlebihan dan traumatik. Kadang-kadang dibedakan antara ketakutan dan kekuatiran. Takut itu penyebab dan obyeknya jelas. Sementara kuatir memiliki penyebab dan obyek yang tidak jelas, yang bahkan sering diciptakan sendiri. Namun dalam praktek, ketakutan dan kekuatiran berbaur menjadi hampir sama.
Manusia memiliki terlalu banyak rasa takut. Takut tidak punya uang, takut ditinggalkan sesama, takut tidak diterima, tidak diakui, tidak dihargai, takut resiko, takut mengalami kesulitan, takut kalau harus mengalah dan bersabar, takut mendengar kritik dan penilaian orang, takut menjadi tua, takut kehilangan kenyamanan hidup, takut gagal, kecewa, bersedih, kehilangan peran, sakit dsb.
Yang menjadi lebih parah, ialah karena rasa takut yang bermacam-macam itu meskipun begitu menggejala, tetapi tidak disadari, tidak diakui dan tidak dipahami oleh yang mengalaminya sendiri. Ketakutan dan kekuatiran yang tidak wajar dan yang begitu mempengaruhi kehidupan, akan membuat orang kehilangan makna dan gairah hidup, kehilangan kesempatan untuk melakukan banyak hal yang baik dan indah. Berkat Tuhan sepertinya mampet atau berbelok, dan tidak jadi datang.
Takut dan kuatir tidak dapat menjadi dasar bagi kehidupan yang memiliki banyak tantangan, yang justru membutuhkan kepercayaan dan keyakinan. Menurut penghitungan, dalam Alkitab kata “jangan takut” atau “jangan kuatir” tertulis kurang lebih 300 kali. Mengapa begitu banyak? Pastilah manusia memiliki ketakutan yang oleh Alkitab perlu dijawab.
Mengapa kita mengalami begitu banyak ketakutan? Karena dalam pola-pola bereaksi terhadap tantangan dalam hidup kita, kita lebih banyak menafsirkan tantangan itu sebagai hal yang perlu kita hindari dan bukan kita hadapi. Terlalu sering kita mengambil keputusan untuk “lari’ karena kita tak memiliki kekuatan dan kemampuan untuk mengatasinya, juga kehilangan keyakinan bahwa Tuhan pun mampu menolong kita. Padahal Tuhan telah berfirman :”Tidak sehelai pun dari rambut kepalamu akan hilang…”