Perlindungan Allah Melampaui Krisis Kehidupan
Yesaya 63:7-9, Mazmur 148, Ibrani 2:10-18, Matius 2:13-23
Ada hal yang menggembirakan dapat kita lihat dalam Natal tahun ini, bahwa keterbukaan orang untuk menerima perbedaan pun semakin nampak. Setidaknya melalui postingan perayaan-perayaan Natal di media sosial, kita melihat makin banyak gereja dikunjungi oleh sahabat berbeda keyakinan. Mereka tidak hanya membantu mempersiapkan Natal, namun turut hadir pula. Tema Natal yang dicanangkan PGI "Hiduplah sebagai Sahabat bagi Semua Orang" rupanya mampu mendorong gereja-gereja untuk membangun jembatan persahabatan dengan sesama.
Hal ini melegakan juga meneguhkan kita bahwa Tuhan senantiasa memberi perlindungan kepada umat-Nya. Dalam bagian bacaan Injil minggu ini, kita melihat Tuhan memimpin Yusuf. Pimpinan Tuhan itu bahkan dalam hal yang sangat konkret sehari-hari tentang kemana Yusuf harus pergi membawa keluarganya agar mereka selamat dari ancaman Herodes yang mengeluarkan perintah untuk membunuh bayi dibawah usia 2 tahun. Yusuf benar-benar dituntun oleh Tuhan untuk mengambil keputusan untuk pergi dari Betlehem menuju ke Mesir. Ayat 21 hingga 23 menggambarkan bagaimana Yusuf menggunakan akal budinya dan kepekaannya untuk mendengarkan suara Tuhan. Yusuf akhirnya membawa keluarga kecilnya hingga mereka berdiam di Nazaret. Alkitab menuliskan, "semua itu terjadi agar genaplah apa yang difirmankan Tuhan" (Mat. 2:15, 17, 23).
Jadi, tak perlu risau jika kita menghadapi kesulitan karena iman kepercayaan kita kepada Yesus. Kita juga tak perlu berkecil hati karena identitas kekristenan kita. Yakinlah bahwa dalam setiap kesulitan hidup yang kita hadapi, ada secercah terang yang dapat kita lihat, bahwa selalu ada harapan yang Tuhan sediakan. Harapan itu akan nampak jika kita mampu menjernihkan hati dan pikiran kita. Mari kita yakini, bahwa perlindungan Allah melampaui segala kesulitan yang kita hadapi.