Bangkitlah dan Menjadi Terang
Yesaya 60:1-6, Mazmur 72:1-7, 10-14, Efesus 3:1-12, Matius 2:1-12
Menurut kalender gerejawi, minggu ini merupakan Minggu Epifani. Epifani berarti penampakan, kedatangan, kelihatan, membuat nyata, atau membuat jelas. Minggu Epifani yang dirayakan setelah natal memperjelas hakikat Yesus. Di tempat terpencil bernama Betlehem, kehadiran Yesus sebagai inkarnasi Allah, terlihat jauh melampaui batas wilayah. Para Majus melihat terang bintang Timur, dituntun menjadi saksi Sang Terang yang lahir. Hal ini mengingatkan gereja bahwa Kristus, Sang Terang, tak lagi ditempatkan di palungan atau altar gereja yang seolah jauh dari jangkauan pergumulan hidup. Dengan Epifani, umat justru melihat bahwa Terang Kristus harus bercahaya di luar gereja. Terang Kristus diwujudnyatakan umat percaya dalam keseharian melalui hal-hal sederhana yang memberikan pengharapan bagi mereka yang hidup dalam kegelapan.
Ibu Teresa pernah mengatakan, “Kedamaian dimulai dari sebuah senyuman.” Tindakan tersenyum adalah tindakan yang sederhana. Namun tersenyum bagi mereka yang putus asa, adalah hal kecil yang sangat diperlukan. Lewat cara sederhana itu, Ibu Teresa telah mengajarkan bagaimana menjadi terang yang menghangatkan kehidupan. Apakah menjadi terang dalam hal yang sederhana semacam itu sudah kita lakukan di tengah keputusasaan dan penderitaan yang makin menghantui banyak orang di sekitar kita? Ataukah kita tenggelam dalam kenikmatan kita sendiri saja, hanya peduli dengan pergumulan kita sendiri?
Bangkitlah, dan menjadi teranglah! Kita dapat melakukannya dengan cara-cara yang sederhana, dalam hidup kita sehari-hari. Jika hidup kita dikuasai oleh Kristus, maka semestinya kehidupan kita juga mencerminkan terang Kristus.