Tuhan, kasihanilah aku
Ketika didengarnya, bahwa itu adalah Yesus orang Nazaret, mulailah ia berseru: "Yesus, Anak Daud, kasihanilah aku!"
(Markus 10:47)
Ungkapan kasihanilah aku, sering dianggap sebagai ungkapan menghiba, dengan memposisikan diri sedemikian rendah dihadapan orang lain yang dianggap lebih tinggi untuk mendapatkan perhatian, simpati dan empati. Sebuah ungkapan agar dirinya mendapatkan perbuatan baik atau pertolongan dari orang lain. Namun, sejatinya tidak mudah menyatakan perkataan itu, karena itu berarti kita sedang memperlihatkan betapa rendahnya kita didepan orang lain. Hanya orang-orang yang merasa dirinya rendah saja, dan rela melepas malu dan gengsi yang berani berkata demikian. Para pengemis yang memperlihatkan dirinya rendah saja yang biasanya berani memakai perkataan ini.
Demikianlah Bartimeus, pengemis buta dalam ayat di atas. Ketika mendengar ada Yesus melintas di dekatnya, ia berteriak, "Yesus kasihanilah aku". Teriakan Bartimeus ditengah kerumunan orang itu rupanya menimbulkan belas kasih Tuhan, sehingga ia disembuhkan. Bukan teriakannya yang menyembuhkan, namun ungkapan iman yang ia nyatakan dengan kerendahan hati, karena percaya bahwa Tuhan Yesus adalah Sang Pemilik otoritas segala hal, yang dapat memberikan pertolongan melalui kuasaNya.
Mari belajar dari Bartimeus, rendahkanlah hati sedemikian rupa dihadapan Tuhan, serta meyakini hanya DIA sumber pertolongan kita. Ditengah galaunya kita menghadapi berbagai ancaman kehidupan, mari bersujud dan ungkapkan dengan kerendahan hati dihadapanNya dengan segenap hati dan iman yang teguh: "Tuhan Yesus, kasihanilah aku". Kiranya Tuhanpun akan menolong kita seperti yang Tuhan lakukan kepada Bartimeus. Amin
#TimVitji GKJJoglo#