top of page

WARJA JEMAAT BUKANLAH PENONTON


Dalam sebuah pertandingan sepak bola, bisa saja ada sekian puluh atau ratus-ribu penonton, tapi yang jelas hanya ada 22 pemain yang dengan susah payah berlari kian kemari, basah kuyup dengan keringat, berjuang dalam pertandingan. Sepak bola memang berbeda dengan kehidupan jemaat. Namun seandainya kehidupan dan kegiatan gereja, kita bandingkan dengan sepak bola, maka kita dapat mengajukan beberapa pertanyaan sederhana : siapakah yang menjadi pemain, siapa suporter, siapa penonton ?



Dalam ajaran dan tradisi gereja reformasi, persoalan siapa melayani, siapa bekerja, dalam gereja, sebenarnya didasarkan pada ajaran yang sering disebut “imamat am orang percaya”. Ajaran itu didasarkan pada firman Tuhan di dalam I Petrus 2 : 9. Dalam pemahaman dan ajaran itu, semua anggota jemaat adalah imam, yang sama-sama terpanggil untuk memberitakan perbuatan-perbuatan Allah yang besar. Semua mempunyai kedudukan yang secara prinsip sama. Memang dalam jemaat ada Pendeta, Tua-tua dan Diaken, ada juga komisi-komisi. Tapi Jabatan gerejawi atau pembentukan komisi itu tidak untuk menggantikan atau mengambil alih peran warga gereja, tapi bahkan untuk memotivasi dan membina peran itu. Dan bersama dengan seluruh anggota jemaat, semuanya adalah pemain.


Kita sering memahami gereja sebagai persekutuan orang percaya. Tapi persekutuan yang sering kita pahami itu adalah persekutuan yang tekanannya sebagai persekutuan dalam arti berkumpul, beribadat dan berdoa. Dengan istilah lain, disebut persekutuan kultus. Belum banyak pengertian yang memberi bobot juga sebagai persekutuan kerja, sebagai perwujudan dari iman dan ibadah gereja. Gereja yang misioner, adalah memang gereja yang beribadah dan berdoa, tapi tidak hanya berhenti sampai di situ, melainkan dengan aktif dan dinamis mengisi kehidupan persekutuan itu juga dengan melakukan pelayanan dan mengerjakan tugas panggilannya. Orang percaya dilibatkan, diikutsertakan dalam karya penyelamatan Allah. Itulah sebabnya orang-orang percaya sering disebut sebagai sun-ergoi, kawan sekerja Allah. Kalau aspek ini ditelantarkan atau diabaikan, jadilah gereja sebagai gereja yang tidak menjalankan misi.


Seandainya pekerjaan dan pelayanan dalam jemaat boleh dianalogkan dengan sebuah sepak bola, berapakah warga jemaat yang sungguh-sungguh menjadi pemain, yang tanpa banyak bicara lari kesana kemari, menggiring bola, dst? Dan berapa yang hanya menjadi penonton ? Jemaat misioner lebih membutuhkan pemain, bukan penonton. Mari kita sadar dan jangan hanya menjadi penonton.

Kategori
Recent Posts
Archive
bottom of page