top of page

Kuduslah, Sebab Aku Kudus


Kel. 24:12-18, Maz. 2, 1 Petrus 1:16-21, Matius 17:1-9


Dalam kalender gereja, hari minggu sebelum Rabu Abu disebut sebagai Minggu Transfigurasi. Secara harafiah, kata transfigurasi berarti perubahan rupa. Dalam tradisi kekristenan, istilah ini merujuk pada peristiwa Yesus dimuliakan di atas gunung, yang disaksikan oleh tiga murid-Nya (Mat.17:1-9). Peristiwa itu menekankan identitas Yesus sebagai Anak Allah, melalui frasa, “Inilah Anak yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan,” juga menekankan pada kuasa-Nya melalui frasa, “Dengarkanlah Dia.” Pengalaman spiritual yang dialami oleh para murid membuat mereka tersungkur dan takut. Dalam titik itulah Yesus menyapa mereka, “Berdirilah, jangan takut.” Di situlah para murid disadarkan bahwa pemuliaan Yesus tidak boleh membuat mereka (juga kita) terpesona, tersungkur dan takut dalam kekaguman saja, hingga lupa tidak berbuat apa-apa. Pemuliaan Yesus, penekanan pada identitas dan perintah untuk mendengarkan-Nya mestinya membuat kita bergerak serta melakukan apa yang didengar dari Yesus.


Pemuliaan Yesus, penekanan Allah akan identitas-Nya sebagai Yang Maha Kudus, mesti direspons oleh umat dengan laku hidup yang berpadanan dengan Yesus. Sebagaimana di dalam 1 Petrus 1:16 dituliskan, “Kuduslah kamu, sebab Aku kudus.” Karena Allah kudus, maka para penyembah-Nya juga mesti hidup secara kudus, dan tetap menjaga kekudusan itu. Hidup kudus berarti hidup di bawah kuasa Kristus. Hidup yang jauh dari hal-hal yang dapat mengotori hati, pikiran, mulut, dan tubuh. Hidup kudus bagi kita adalah hidup yang senantiasa berusaha untuk tetap “bersih” di hadapan Tuhan.

Kategori
Recent Posts
Archive
bottom of page