top of page

Perjumpaan yang Mengubahkan


Keluaran 17:1-7, Mazmur 95, Roma 5:1-11, Yohanes 4:5-42


Dalam situasi sekarang ini, di mana Covid-19 mewabah, dan adanya anjuran resmi dari pemerintah, banyak orang mulai menghindari perjumpaan di tempat-tempat publik. Terutama, menghindari kontak langsung dengan orang lain untuk mencegah meluasnya penyebaran virus. Banyak pula jemaat di berbagai tempat di seluruh dunia bergumul tentang bagaimana mereka tetap dapat mengekspresikan keramahtamahan yang menjadi ciri khas Kristen, bagaimana dengan pelayanan perjamuan, pastoral, dan kegiatan-kegiatan gereja lainnya? Situasi saat ini mau tidak mau menuntut setiap orang Kristen untuk memikirkan lebih dalam tentang makna sebuah perjumpaan.


Hari ini kita belajar sebuah perjumpaan yang mampu mengubah hidup. Perjumpaan yang sesungguhnya adalah perjumpaan yang diawali dari sikap terbuka untuk menerima orang lain yang berbeda, mau mendengar, dan bersedia untuk berubah. Perjumpaan yang demikian adalah perjumpaan yang mengubahkan, yang tidak terbatas pada perjumpaan secara fisik, namun juga perjumpaan batin. Seperti perjumpaan yang dialami oleh perempuan Samaria (tanpa nama) dengan Yesus. Mereka berjumpa di sumur Yakub, tempat menimba air dari dua bangsa yang saling bermusuhan, Yahudi maupun Samaria. Tetapi justru di situlah perempuan itu berjumpa dengan Yesus. Keterbukaan Yesus untuk berkenan membuka dialog, dan respon perempuan itu untuk ikut ambil bagian dalam dialog merupakan jalan terjadinya perubahan yang mengubah hidup perempuan, menyadarkan akan keberdosaannya, dan mencelikkan matanya bahwa Yesus adalah Kristus/Juruselamat (Yoh.4:29).


Inti sebuah perjumpaan sejatinya terletak pada kesediaan diri setiap pihak untuk membuka hati, dan menerima ‘orang lain’ dengan segala keberadaan mereka. Perjumpaan semacam ini tidak terbatas pada perjumpaan fisik yang diekspresikan dengan berbagai bentuk salam; jabat tangan, cium pipi kanan dan kiri, 'namaste', sedikit menundukkan kepala, atau meletakkan tangan kanan di dada kiri. Berbagai bentuk salam itu merupakan simbol, atau ekspresi yang tampak di bagian permukaan bahwa kita menerima orang lain. Namun, mari kita memaknai perjumpaan dengan lebih dalam agar kita tidak hanya menekankan perjumpaan fisik beserta berbagai simbol yang menyertai, tetapi juga memperhatikan perjumpaan batin kita dengan orang lain.

Kategori
Recent Posts
Archive
bottom of page