Ruang Perlintasan
Dan sesudah ia menurunkan mayat itu, ia mengapaninya dengan kain lenan, lalu membaringkannya di dalam kubur yang digali di dalam bukit batu, di mana belum pernah dibaringkan mayat. Hari itu adalah hari persiapan dan sabat hampir mulai. (Lukas 23:53-54)
Dalam kalender gerejawi hari ini dikenal dengan sabtu sunyi. Sebuah momen dimana kita menghayati sebuah jeda atau ruang perlintasan antara kematian Kristus dan kebangkitanNya di hari minggu paska. Kalau direnungkan sejenak, kenapa butuh momen seperti ini? Untuk dapat menjawabnya kita perlu mengimajinasikan perasaan para murid ketika mengetahui Sang Guru telah tiada.
Peristiwa penyaliban Kristus adalah peristiwa yang begitu mencekam. Ada pengkhianatan, penyiksaan, dan penderitaan yang begitu hebat yang Kristus alami. Para murid mengalami itu semua entah mereka melihat sendiri atau mendengar serta membayangkan peristiwa itu. Sesudah Yesus mati pun mereka was-was memikirkan dimana Sang Guru akan dimakamkan. Beruntunglah bila kemudian Yusuf Arimatea mempersembahkan sebuah kubur yang begiu layak bagi Tuhan.
Semua peristiwa itu menimbulkan luka. Keheningan atau jeda sejenak dibutuhkan agar mereka dapat memproses pengalaman yang begitu menyakitkan itu. Dalam jeda itu mereka menghayati kepergian Sang Juruselamat atau bahkan penyesalan karena belum memberi yang terbaik padaNya. Maka Sabtu Sunyi mengajarkan kita untuk juga memberi jeda sejenak pada hidup yang kita alami dan berusaha untuk merefleksikannya dengan sungguh. Bagaimanakah selama ini aku menjalani hidupku bersama dengan Tuhan?
#TimVitji GKJJoglo#