top of page

IMAN YANG DEWASA

Ketika Yesus bangkit dan menampakkan Diri kepada Maria, Ia sempat memerintahkan kepada Maria untuk tidak memegangnya. Timbul pertanyaan dalam perasaan kita : mungkinkah tubuh kebangkitan Yesus terlalu suci untuk disentuh Maria? Namun dalam kesempatan lain kepada Tomas yang tak percaya, Yesus bahkan meminta Tomas untuk mencocokkan jarinya ke dalam bekas lukanya. Lalu apa sebenarnya makna larangan Yesus untuk tidak “memegang Dia”?


Makna pesan itu mungkin dapat dipahami dengan meminjam “pesan orang Jawa” kalau saudaranya meninggal : jangan ditangisi, supaya jalannya lancar. Dalam ide orang Jawa, kalau seorang meninggal, ia sedang berjalan ke alam baka. Kalau ia ditangisi, maka ia akan terus menengok ke belakang, atau berhenti berjalan, atau maju-mundur. Jadi jangan menangis agar jangan mengganggu yang sedang berjalan. Dalam bahasa aslinya sebenarnya Yesus tidak bermaksud mengatakan: “jangan engkau memegang Aku”, tapi lebih bermaksud mengatakan “jangan engkau menahan Aku”


Jadi rupanya, bukan Yesus tak mau disentuh, tetapi Yesus meminta agar Maria jangan mempunyai jenis iman yang emosional, yang amat tergantung kepada tokoh pemimpin, dan ingin terus memiliki Yesus secara jasmani. Yesus harus pergi kepada Bapa, dan bukan ingin terus menerus menjadikan muridNya bergantung secara pasif kepadaNya sebagai pemimpin. Sebalik-nya, Maria diperintahkan untuk pergi menyaksikan kebangkitanNya. Untuk secara mandiri dan aktif tumbuh dalam iman yang mampu bersaksi.


Ketika Maria pergi ke kubur Yesus, ia terdorong oleh emosi untuk mencu-rahkan kasih dan hormatnya kepada Yesus dengan cara ingin merempahi jasadnya. Ada perasaan untuk ingin terus memiliki Yesus, meski hanya jasadNya. Perasaan seperti ini tentu menjadikan imannya tidak bisa tumbuh, karena terikat untuk “mendewakan jasad Yesus”. Yesus minta sebaliknya : ia punya rasa percaya yang tumbuh sebagai murid yang “tak tergantung secara emosional kepada Yesus sebagai pemimpin secara phisik”. Ada atau tidak ada Yesus secara phisik di sampingnya, tidak mempengaruhi keyakinan dan kedewasaan imannya. Ia tetap beriman kuat, mandiri dan dinamis.


Diam-diam sebenarnya banyak orang Kristen yang agak mendewakan Yesus dan dengan iman yang (maaf) “cengeng”: seperti seorang anak kecil yang lebih suka menangis dan ingin selalu dekat dengan ibunya katimbang dengan dewasa bekerja dengan sikap matang, mandiri dan dinamis. Iman Kristen yang dewasa tak ingin tetap memegangi tubuh jasmani Yesus atau menangisi jasadNya, sehingga melupakan tanggung jawab missioner.

Kategori
Recent Posts
Archive
bottom of page