top of page

Serba-serbi Peribadahan (8)


Setiap tahun kita merayakan Natal dan seringkali hari raya natal adalah sebuah masa dalam satu tahun yang banyak dinanti-nantikan oleh umat Kristen di seluruh dunia. Meskipun demikian seringkali terbersit pertanyaan-pertanyaan seputar natal yang biasanya mencakup: apakah memang benar bahwa kelahiran Kristus benar-benar terjadi di tanggal 25 Desember? Mengenai hal tersebut kita juga tidak dapat menemukan tanggal pasti kelahiran Kristus disebutkan dalam kitab-kitab injil maupun kitab lainnya. Lantas bagaimana mulanya 25 Desember dihayati sebagai kelahiran Kristus?


Seorang bapak gereja bernama Hippolytus yang hidup di sekitar tahun 160-236, dalam karyanya “komentar terhadap kitab Daniel”, menyebutkan bahwa kelahiran Yesus jatuh pada hari rabu tanggal 25 Desember tahun ke 42 masa pemerintahan Kaisar Agustus. Hal tersebut berdasarkan tafsiran Hippolytus berdasarkan Daniel 4:24 “sampai tujuh masa berlalu” mengenai kedatangan Mesias. Gereja-gereja perdana banyak yang menerima pendapat ini, meskipun dalam sebuah dokumen yang ditemukan di abad 10-11 ditemukan pula catatan mengenai perayaan kelahiran Kristus yang dirayakan pada 25 Desember dan 2 April. Di waktu kemudian kelahiran Krisus jatuh pada 2 April ditolak oleh Bapa Gereja yakni Clemens dari Mesir, yang menyatakan bahwa Yesus lahir pada musim dingin yakni sekitar bulan Desember.


Catatan gereja awal juga mengaitkan nubuatan dalam tradisi Yahudi bahwa Mesias akan lahir dari Timur sejajar dengan terbitnya matahari. Dalam Yudaisme, Kiblat (qibla) atau arah doa memang diarahkan ke arah timur, yang dihubungkan dengan terang, matahari, bintang, dan sebagainya. Sebuah simbolisasi bahwa Tuhan adalah terang dunia yang membebaskan dunia ini dari kegelapan. Yesus Kristus dipandang sebagai Terang yang membebaskan itu oleh gereja di abad-abad awal kemunculannya. Pada banyak budaya timur tengah kuno dan agama-agama Roma/Yunani matahari memang dipandang sebagai salah satu sosok Ilah yang dihormati kehadirannya bahkan ada perayaan keagamaan mengacu pada hal tersebut.


Kekaisaran Romawi juga mewarisi Ibadah Menghormati Sang Surya setiap 25 Desember atau dalam bulan Desember jauh sebelum Kekristenan dijadikan sebagai Agama Negara. Kemudian setelah kekristenan masuk dan mengakar kuat, perayaan tersebut perlahan-lahan ditransformasi sebagai peringatan akan kelahiran Juruselamat. Kehadiran Kristus dijelaskan lewat metafora bahwa ialah Sang Terang yang menghapus kegelapan dari hidup manusia. Ia adalah sang Juruselamat yang menghapus Dosa dunia.

Kategori
Recent Posts
Archive
bottom of page