top of page

Tata Gereja dan Tata Laksana GKJ (3)



Sebagai sebuah kehidupan bersama maka gereja membutuhkan kepemimpinan. Kepemimpinan di dalam gereja memiliki dua dimensi yakni dimensi ilahi dimana kita meyakini bahwa Allah sendirilah yang memimpin gereja seturut kehendaknya, dan dimensi manusiawi dimana kepemimpinan Allah tersebut terejawantahkan melalui manusia-manusia yang dipanggilNya menjadi alatNya. Untuk itu para pemimpin gereja dituntut untuk selalu mempertanggungjawabkan keputusan yang diambilnya kepada Allah, melalui tolak ukur Alkitab, Pokok Ajaran Gereja, dan Tata Gereja.


GKJ menganut sistem kepemimpinan presbiterial sinodal. Presbiter artinya GKJ dipimpin secara bersama-sama oleh dewan presbiter/majelis gereja yang memiliki kemerdekaan untuk menghasilkan keputusan sendiri, namun di sisi lain tetap terikat dengan GKJ lain yang terhubung secara simbolis melalui kehadiran sinode (aspek Sinodal). Majelis Gereja terdiri dari Penatua, Diaken, dan Pendeta yang memiliki tugas perutusan yang berbeda. Penatua mengurus hal terkait organisasi gereja, Diaken mengurus hal-hal terkait pelayanan kasih kepada warga, sementara Pendeta adalah seseorang yang bertugas untuk mengajar. Keputusan-keputusan yang diambil oleh majelis harus melalui musyawarah yang dinamakan rapat Majelis Pengurus Harian atau Majelis Pleno, dan setiap setahun sekali diadakan rapat terbuka yang dapat dihadiri seluruh warga.


Setiap warga dewasa berhak untuk menjadi majelis gereja bahkan memiliki tanggung jawab yang sama untuk mengurusi gereja, karena dalam GKJ diyakini bahwa setiap orang adalah setara serta memiliki anugerah yang sama dari Allah. Dengan demikian setiap mimpi atau harapan warga mengenai gerejanya patut diakomodir serta diberi ruang oleh gereja. Kepemimpinan GKJ adalah kepemimpinan setara atau yang sering diistilahkan dengan kepemimpinan kolektif kolegial. Majelis bukanlah mereka yang lebih tinggi kedudukannya dari warga jemaat pada umumnya, melainkan orang-orang yang bersedia menjadi sahabat bagi seluruh umat. Menjadi majelis bukan soal lebih pintar dan ahli dari orang lainnya, melainkan apakah kita bersedia menjadi sahabat di dalam perjalanan kehidupan gerejawi bagi orang lain.

Kategori
Recent Posts
Archive
bottom of page