top of page

KESAKSIAN TETAP TUMBUH DI TENGAH KESULITAN


Quintus Septimius Florens Tertullianus (atau sering hanya disebut Tertullianus) dilahirkan tahun 160 di Kartago (sekarang termasuk Tunisia) dari keluarga Romawi kafir. Setelah sempat menjadi ahli hukum yang juga pandai berpidato di Roma, menjelang tahun 196 ia menjadi Kristen. Sepanjang hidupnya kemudian, ia menulis banyak tulisan tentang iman Kristen dalam bahasa Latin, sehingga ia merupakan bapa teologia Latin Barat. Tulisannya amat menarik bukan saja bagi orang Kristen, tetapi bahkan juga orang lain, karena tidak pernah membosankan dan mengandung nada kemenangan yang kuat. Ia menulis tidak kurang dari 30 karya baik dibidang apologia (pembelaan iman), dogmatika, maupun etika praktis.


Berikut beberapa kutipannya dalam membela kekristenan yang teraniaya: “Memang kami hanyalah “orang-orang kemarin”, tapi kami telah “mengisi” semua tempat-tempatmu : kotamu, bentengmu, pulau-pulaumu, pasarmu, perkemahanmu. Kami ada pada suku-sukumu, masyarakatmu…. Tak satu tempatpun kami tinggalkan kepada kalian, kecuali kuil-kuil illah-illahmu “(Apologia 37).


“Sebutan “bidat” tidak patut diberikan kepada orang Kristen, tetapi kepada mereka yang bermufakat untuk memfitnah orang-orang baik dan berkebajikan, mereka yang berteriak-teriak menuntut darah orang yang tidak bersalah. Mereka membenarkan permusuhan mereka dengan alasan yang tidak berdasarkan fakta, bahwa orang Kristen adalah penyebab setiap malapetaka, setiap penderitaan bangsa. Kalau sungai Tiber naik ke dinding-dinding kota, atau sebaliknya sungai Nil tidak naik sampai ke ladang-ladang, kalau matahari berhenti berputar atau bumi bergetar, kalau ada bencana kelaparan atau penyakit sampar, segera orang berseru :”Lemparkan ke singa orang Kristen itu!”. Apa?! Sebegitu banyak orang Kristen hanya untuk satu singa?. (Apologia 40).


“Kekejamanmu (terhadap kami) betapapun unggulnya, tidak menguntungkan bagimu. Bahkan itu semua meyakinkan orang yang berhati nurani untuk yakin akan kebenaran Injil. Sesungguhnya ia justru menarik orang untuk bersimpati dan bergabung dengan kami. Setiap kali anda membabat kami, jumlah kami malah makin bertambah. Darah orang Kristen adalah benih (gereja. Keteguhan hati yang kalian kecam sebagai kekerasan hati itu justru pengajaran bagi kami. Sebab siapakah yang – pada waktu melihatnya- tidak tergerak untuk bertanya : apa yang menyebabkannya?. Dan siapa yang --setelah bertanya-- tidak tergerak untuk menerima iman kami?. (Apologia 50).


Dan memang, setelah sekian lama orang Kristen teraniaya tetapi tetap menunjukkan ketabahan dan kebajikannya, kekristenan justru mendapat simpati dan banyak orang tertarik untuk menjadi murid Yesus. Penderitaan memang bisa melemahkan iman, tapi bagi sebagian lain yang benar-benar tulus dan setia, itu malah menjadikan makin kuat dan memurnikan. Dalam sejarah, keunggulan kesaksian Kristen sepertinya lebih menonjol justru dalam banyak penderitaan dan penganiayaan, meski hal itu (derita dan aniaya) bukanlah yang diinginkan.

Kategori
Recent Posts
Archive
bottom of page