top of page

ALKITAB :   BUKU APA ?


Semua orang Kristen sepakat bahwa Alkitab telah difungsikan Allah menjadi buku yang dari padanya kita memahami karya Allah yang menyelamatkan, dan karena itu amat penting dalam kehidupan iman dan keselamatan orang percaya. Tetapi bagaimana kita memahami atau menafsirkan isinya, sering terlalu banyak perbedaan.


Ada banyak orang yang membaca Alkitab dan masing-masing punya pandangan yang satu sama lain berbeda. Dari soal-soal pakaian, makanan, cara beribadah, sampai soal-soal yang lebih mendasar. Ada banyak perbedaan pemahaman, sampai ke soal-soal teknis, semua itu di dasarkan pada pemahaman atas ayat-ayat Alkitab. Ada juga yang cenderung selalu menghubungkan dan mencari ayat-ayat yang dipakai untuk membenarkan ramalan. Kalau ada wabah, atau bencana alam, peristiwa alam, bahkan peristiwa politik atau keanehan-keanehan terjadi, orang cenderung mencari ramalannya dalam Alkitab.


Alkitab memang diwahyukan, tapi bukan didiktekan malaikat secara mekanis seperti dipercaya oleh agama tertentu. Bukan pula suatu copy dari kitab abadi yang ada di sorga. Alkitab di-ilhamkan melalui kuasa Roh Kudus, yang memimpin para penulis pada masa tertentu, dengan konteks dan budaya tertentu pula. Jadi, untuk mengerti apa yang tertulis, kita perlu mengerti bagaimana pikiran orang yang menulisnya.


Kalau seseorang bertolak dengan pikiran modernnya dan dengan caranya sendiri secara pribadi mencoba mengerti Alkitab, ia akan kehilangan banyak kekayaan pernyataan Alkitab melalui para penulisnya yang hidup pada jaman, budaya, cara berfikir dan cara bicara yang berbeda. Sangat mungkin terjadi, apa yang dipikirkan dan diperkirakan orang-orang modern tentang isi Alkitab, bersifat sekunder (sampingan) dibandingkan dengan apa yang dipikirkan oleh para penulisnya.


Jadi, memahami Alkitab seperti buku kuno yang tak ada relevansinya dengan kehidupan sekarang, sama saja menganggap Alkitab sebagai fosil. Atau menggunakan seperti buku ilmu pengetahuan, bahkan buku ramalan, akan sangat mengurangi maksud Alkitab sebagai buku keselamatan. Sebaliknya, memakai Alkitab seperti “buku resep” (petunjuk praktis, buku pintar untuk menjawab semua hal teknis), sungguh naif dan mengesampingkan karya Roh Kudus yang justru telah memimpin para penulis dan kita yang membacanya untuk mengadakan dialog dengan iman yang hidup mengenai karya Allah yang menyelamatkan.


Jangan menjadikan Alkitab sedemikian sehingga Dia Yang berfirman justru tidak didengar, sehingga kita tidak pernah mendengar suaraNya, baik dengan menganggapnya tidak relevan lagi, atau sebaliknya sebagai buku resep yang dapat dipakai untuk meramal dan menjawab semua pertanyaan.

Kategori
Recent Posts
Archive
bottom of page