"Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.
(Matius 5:3)
Kalimat ini diucapkan oleh Yesus di hadapan banyak orang yang setia mendengarkan pengajaran-Nya dalam khotbah di bukit. Mayoritas pendengar khotbah Yesus adalah orang-orang Yahudi yang hidupnya menderita, karena penjajahan Roma. Mereka terjebak dalam kemiskinan dan tidak memiliki daya untuk melakukan perlawanan manakala hak-hak mereka dirampas. Kepada orang-orang seperti itu Yesus berkata, "berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah."
Jika saat itu kita berada dalam peristiwa yang diceritakan dalam Matius 5 ini, atau kita menjadi salah satu orang yang miskin dan menderita, atau bahkan saat ini kita berada dalam situasi yang sulit secara ekonomi, mungkin tidak mudah bagi kita untuk menyerap perkataan Yesus ini.
Alkitab Bahasa Indonesia Sehari-hari menerjemahkan Matius 5:3 demikian, "Berbahagialah orang yang merasa tidak berdaya dan hanya bergantung pada Tuhan saja; mereka adalah anggota umat Allah!" Jadi, miskin yang dimaksudkan adalah miskin rohani. Orang yang miskin di hadapan Allah adalah orang yang tidak berdaya dan bergantung pada Tuhan saja. Orang-orang seperti inilah yang hidupnya bahagia, sekalipun ia berada dalam kondisi yang menurut ukuran manusia menderita. Karena ia mempercayakan dirinya kepada Tuhan, bukan kepada dunia.
Comments