top of page

“Berpengharapan dalam Perjanjian Allah”


Kejadian 9: 8-17, Markus 1:14-15


Masa prapaska merupakan suatu kurun waktu bagi gereja mempersiapkan diri dalam menghayati kematian dan kebangkitan Yesus Kristus. Dalam periode empat puluh hari lamanya, orang Kristen berkesempatan untuk mengoreksi sekaligus memperbaiki diri dengan berkaca pada teladan Kristus. Oleh sebab itu, masa prapaska I menjadi bagian umat untuk kembali bergumul dan berpengharapan pada anugerah pengampunan Allah melalui pertobatan pribadi. Satu di antara berbagai cara pencapaiannya adalah praktik hidup berpantang dan berpuasa.

Berdasarkan titik tolak makna masa prapaska tersebut, tema masa prapaska I yang diangkat adalah “Berpengharapan dalam Perjanjian Allah.” Penderitaan yang kita alami hendaknya tidak menghilangkan pengharapan kita. Memang, penderitaan merupakan keniscayaan dalam hidup setiap manusia beriman. Namun, penderitaan bukanlah akhir kehidupan, melainkan tantangan manusia untuk berproses menjadi seorang yang berpengharapan untuk lebih baik lagi dan lagi. Nuh, Daud, Salomo, Yohanes, Petrus, orang Kristen di Asia Kecil, bahkan Yesus pun tidak luput dari penderitaan. Namun, seberapa besar iman pengharapan seorang Kristen terhadap Perjanjian Allah sendiri yang membuatnya bangkit dan keluar dari sana.

Umat Kristen yang berada dalam kesukaran hidup akibat diterpa pandemik Covid-19 kiranya memiliki daya, semangat, dan harapan untuk terbebas dari sana karena berpegang pada janji keselamatan Allah semata. Sebab akan ada saat terang saat gelap melanda, pemulihan tatkala penderitaan menerpa, dan dukacita yang berganti sukacita pada saat umat bersandar pada Yesus Kristus, Sang Paska.

Kategori
Recent Posts
Archive
bottom of page