top of page

Dokumen Keesan: Pemahaman Bersama Iman Kristen (PBIK) & PPA GKJ (3)


Pemahaman Bersama Iman Kristen (PBIK) sebagai dokumen keesaan gerejawi memulai pembahasannya dari hal yang paling mendasar yakni pemahaman mengenai Allah yang dipercaya serta disembah umat Kristiani. Pembahasan mengenai Allah dimulai dari pernyataan akan keesaan Allah yang mewujudnyatakan dirinya dalam Yesus Kristus dan Roh Kudus. Demikian bunyi pernyataan keesaan Allah tersebut dalam PBIK Sesungguhnya ”Tuhan itu Allah kita, Tuhan itu Esa” (Ul. 6:4). Tidak ada Allah selain Dia (Kel. 20:3; Ul. 5:7). Dialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi serta seluruh isinya, dan yang tetap memeliharanya hingga kesudahan alam (Kej. 1:2; Mzm. 24:1-2; 89:12; 104:1 dst.; Kol. 1:16). Allah menyatakan diri dalam karya penciptaan-Nya dan dalam sejarah umat manusia (Mzm. 19:2-3; Rm. 1:19-20) dan secara khusus dan sempurna dalam Yesus Kristus Anak-Nya yang Tunggal (Yoh. 1:18). Oleh pimpinan Roh Kudus kami mengenal dan menyembah Dia sebagai Bapa dalam Yesus Kristus, sebab semua orang yang dipimpin oleh Roh Allah adalah anak-anak Allah (Rm. 8:14-15).


Nampaklah bahwa PGI berupaya untuk memberikan keseimbangan penejelasan antara keesaan Allah dan ketritunggalan-Nya. Menjelaskan keesaan Allah tidak kalah pentingnya dengan memahami ketritunggalan-Nya terutama dalam konteks religiusitas masyarakat Indonesia yang begitu kuat pemahaman monoteistiknya. dari dasar itulah kemudian kita memahami Allah yang bekerja dan menyatakan diri-Nya dengan perantaraan nabi-nabi dan terakhir kepada Yesus Kristus Anak-Nya yang tunggal. Yesus kemudian mengajar, memberikan teladan, menderita, disalibkan, dan dibangkitkan bagi keselamatan dunia. Karya Allah dalam Yesus itu terus berlanjut dalam Roh Kudus yang membentuk dan menyatukan umat serta memampukan untuk berkarya. Roh Kudus itu menghidupkan, membarui, membangun, mempersatukan, menguatkan, menertibkan, dan meneguhkan serta memberi kuasa pada gereja untuk menjadi saksi,menginsyafkan dunia akan dosa, kebenaran dan penghakiman, dan memimpin orang-orang percaya kepada seluruh kebenaran Allah (Yeh. 37; Kis. 1:8; Ef. 3:16-17; 4:3-4; Rm. 8:1; 1 Kor. 12:7, 12; 14:26, 33; 2 Tim. 1:7; Yoh. 16:8-11, 13).


Meskipun pada akhirnya PPA GKJ juga memahami hal yang serupa namun GKJ memilih untuk memulai pengakuan akan Allah dengan cara yang sedikit berbeda. PPA-GKJ menjelaskan Allah tidak memulai dari bertanya siapakah Allah melainkan memulai penjelasannya dari soal penyelamatan Allah (bdk. PPA-GKJ bab tiga “penyelamatan Allah”). PPA-GKJ memulai dengan apa yang Allah kerjakan yakni penyelamatan. Hal ini wajar karena PPA-GKJ sangat kuat menekankan pendekatan soteriologis pada pembahasannya. Pendekatan soteriologis ini mewujud sebagai bingkai berpikir untuk melihat tema-tema tertentu dalam PPA-GKJ.

Comments


Kategori
Recent Posts
Archive
bottom of page