top of page

Gereja di Era Digital atau Gereja Digital? (3)


Keraguan yang muncul dari benak banyak umat Kristen dengan migrasi pelayanan gereja ke dunia digital ialah adanya sebuah pertanyaan mendasar apakah dengan berpartisipasi dalam peribadahan daring sudah mewakili serta memfasilitasi pertumbuhan iman, selain itu kekhawatiran akan persekutuan yang tergerus akibat tidak adanya perjumpaan secara fisik juga cukup mengemuka. Pertanyaan-pertanyaan ini sekiranya dapat dijawab dengan menilik kembali esensi dari pemahaman bergereja kita (eklesiologi) atau dengan kata lain menggali kembali alasan fundamental dari persekutuan kita.


Dietrich Bonhoeffer, seorang teolog Jerman, menjelaskan bahwa hakikat dari sebuah gereja adalah kesadaran akan gereja yang dimulai oleh Kristus dan dibentuk dalam Roh Kudus. Hal tersebutlah yang memampukan manusia yang penuh keterbatasan ini dapat berkata bahwa gereja adalah tubuh Kristus. Gereja merupakan sebuah gereja sejauh keterikatan dan keterkaitannya dengan Allah tritunggal. Komunitas kristiani selalu dibentuk oleh aspek tersebut. Dalam kaitannya dengan relevansi situasi konkret gereja di masa kini, maka keterpisahan secara fisik tidak semerta-merta meniadakan aspek persekutuan dan keterikatan dengan Tuhan Allah.


Gereja ditandai tidak hanya melalui kehadiran secara fisik, melainkan dibentuk secara spiritual dan berdimensi keilahian. Gereja yang spiritual itu mengakar pada dunia fisik ini, sebagaimana kehidupan orang percaya yang dilandasi oleh pemahaman akan Firman Allah yang berinkarnasi dalam diri Yesus Kristus. Dunia material ini dengan demikian dapat selalu menjadi sarang kehadiran Tuhan. Digitalisasi segala aspek kehidupan disisi yang lain juga dapat menjadi sarana bagi Tuhan untuk menyapa umatNya terutama karena Ia adalah Tuhan yang berinkarnasi dalam dunia.


Kemanakah arah gerak gereja berikutnya? Pandemi membuat gereja mau tidak mau bermigrasi ke dunia digital tapi migrasi ini bukan berarti meninggalkan pola pelayanan onsite atau luring. Perpaduan antara yang luring dan daring menjadi sebuah jawaban logis kehidupan gerejawi kita. Gereja akan tetap bertahan selama pemahaman mengenai eksistensinya (eklesiologi) selalu berada dalam bingkai pemahaman akan Allah Tritunggal yang berinkarnasi itu. Persekutuan diikat oleh karena iman yang teguh pada Allah dan seharusnya tidak goyah karena keadaan.

Kategori
Recent Posts
Archive
bottom of page