top of page

SANG WAKTU


Kalau kita mendengar kata “kala”, mungkin kita mempunyai beberapa asosiasi atau pengertian. Pertama-tama kata ini segera menimbulkan arti “waktu”. “Di kala kita susah”, atau “di kala kita bahagia…..” misalnya, jelas di situ bahwa “kala” berati “waktu”. Tetapi bagi yang berlatar belakang bahasa Jawa, “kala” dalam bahasa sehari-hari juga bisa berarti lain, yaitu “jerat”. Bagi yang tahu sedikit latar belakang filsafat Jawa, Kala juga adalah nama “seorang dewa”, dewa waktu”. Lazimnya disebut Batara Kala.


Uniknya, -kata yang empunya cerita- betara yang satu ini diberi hak oleh dewa yang lebih tinggi untuk boleh memangsa siapa saja yang disebut “sukerta”, yaitu orang-orang yang mempunyai keadaan khusus seperti anak tunggal, kembar, atau sederet keadaan tertentu. Oleh karena itu mereka harus di ruwat. Sebenarnya kalau dipikir lebih rumit lagi, semua orang akhirnya juga termasuk sukerta. Misalnya kehilangan anak tunggal sama dengan kehilangan semuanya. Mereka sungguh berarti, tapi juga dalam kondisi kritis setiap waktu. Oleh sebab itu setiap manusia berharga dan oleh karena itu harus dijaga. Kalau tidak, mereka bisa celaka, dan kehilangan mereka adalah kehilangan sesuatu yang amat berharga. Manusia yang percaya mitos itu akan senantiasa takut dan tertekan. Menjalani hidup tanpa kepastian. Dan waktu menjadi momok yang mengerikan.


Memang, “waktu” tak kenal kompromi. Ia berjalan terus, meski kita berhenti. Ia memperlakukan orang kaya atau miskin sama. Mengabaikan dia, kita akan terlambat, kehilangan kesempatan, tergilas waktu, atau termakan usia. Namun demikinan, bagi kita orang beriman, waktu adalah anugerah. Waktu adalah kesempatan yang di dalamnya kita mengisi hidup dengan segala kegiatan yang bermakna sebagai syukur kita kepada Tuhan. Pengkhotbah (ps.3) berkata : “Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apapun di bawah langit ada masanya. Ada waktu untuk ..., ada waktu untuk…, ada waktu untuk …”. Dan bagi setiap orang percaya, kita boleh yakin bahwa di atas jerih payah kita, Tuhanlah yang akan membuat segala sesuatu indah pada waktunya. Mazmur 90 juga mengajar kita untuk menghitung hari-hari kita agar kita memperoleh hati yang bijaksana, yang tahu betapa besarnya kuasa dan berkat Tuhan dalam lintasan waktu.


Dalam hidup orang percaya tidak ada Batara Kala. Tuhan tidak dibatasi dan dikuasai waktu. Ia Mahakuasa dan kekal. Kalau perlu Ia juga bisa memerintahkan waktu untuk berhenti. Bagi orang percaya, yang ada adalah ungkapan kasih dan kuasa Tuhan yang berbunyi: “Aku menyertai kamu sampai akhir jaman”. Bahkan Iapun menyediakan hidup kekal. Mari kita jalani waktu dengan ingat, percaya dan syukur kepada Tuhan. Selamat Tahun Baru 2021.

Comments


Kategori
Recent Posts
Archive
bottom of page