Ibadah adalah kegiatan imaniah yang dilakukan bersama-sama. Ini bukan sekedar dilakukan secara bersama, namun setiap unsur yang ada dalam ibadah merupakan satu rangkaian yang utuh, memiliki aturan dan pemaknaan yang khusus, termasuk dalam hal dekorasi dan simbol-simbol yang digunakan. Oleh karena masa prapaska adalah masa yang bertujuan untuk membantu jemaat masuk dalam suasana pertobatan dan perenungan akan hakekat dirinya dihadapan Tuhan, maka dekorasi dalam ibadah pada masa prapaska adalah dekorasi yang dapat mendukung penghayatan yang demikian.
Pada masa prapaska, dekorasi ruang ibadah menggambarkan suasana gersang/kering sebagai gambaran jauhnya hubungan manusia dari Tuhan. Unsur-unsur yang digunakan misalnya pasir, kerikil, batu, daun kering, ranting kering dan bambu-bambu kering; sedangkan warna-warna yang dapat diolah adalah warna abu-abu, hitam, cokelat atau warna-warna natural lainnya. Semua itu untuk mengingatkan jemaat akan keberadaan dirinya di hadapan Tuhan, bahwa suatu saat jemaat akan kembali ke asalnya. Dihadapan Tuhan, manusia adalah debu. Manusia adalah makhluk yang fana yang memerlukan kesegaran dari Tuhan. Dalam masa prapaska jemaat diundang untuk masuk dalam suasana pertobatan.
Dekorasi-dekorasi pada sepanjang masa pekan suci akan mengalami pergantian atau penyesuaian mengikuti peristiwa yang sedang diperingati. Pada minggu Palmarum, dekorasi menggambarkan suasana antara sukacita menyambut kehadiran Yesus di Yerusalem dan dukacita karena merupakan awal sengsara Yesus (awal minggu sengsara). Unsur yang dominan adalah daun palma. Pada ibadah Kamis Putih, suasana yang hendak dibangun adalah suasana yang mencekam, muram, sedih dan penuh pergumulan. Demikian seterusnya hingga Sabtu Suci.
Dekorasi yang muram sejak awal masa prapaska berakhir pada ibadah Paska. Dalam ibadah Paska, suasana yang ditampilkan adalah suasana sukacita untuk menggambarkan sukacita kebangkitan Yesus. Yesus telah kembali mengalahkan maut. Dekorasi dapat menggunakan bunga segar. Sukacita dimulai di sini hingga dalam ibadah Pentakosta atau unduh-unduh untuk memperingati turunnya Roh Kudus yang digambarkan dengan burung merpati atau lidah-lidah api.
[1] Diambil dari buku pedoman paska-pentakosta GKJ Joglo
Comments