top of page

Musik Gerejawi (5)


Memasuki tahun 1950-1960an, kekristenan di Amerika Serikat tengah menghadapi sebuah tren baru dalam peribadahan. Tren tersebut ialah mulai maraknya penggunaan alat musik serta aransemen musik populer dalam peribadahan. Alat musik seperti drum, gitar, bass, hingga keyboard mulai lazim digunakan dalam peribadahan. Aransemen yang dipakaipun mengikuti penggunaan alat-alat musik tersebut yakni dengan melodi-melodi populer sebagaimana musik-musik sekuler di zaman itu. Lagu-lagu rohani diciptakan mengikuti pakem lagu populer yakni dengan irama yang mudah dicerna serta syair yang ringan dan menggambarkan kedekatan personal dengan Tuhan. Jenis musik tersebut dikenal dengan istilah Contemporary Worship Music / Musik Gerejawi Kontemporer.


Perubahan tersebut pada awalnya dimulai oleh gereja-gereja beraliran karismatik/pentakosta namun lambat laun aliran-aliran gereja lain mulai mengadopsi perubahan tersebut bahkan gereja Katolik. Denominasi gereja arusutama biasanya mengadopsi tersebut dalam hal gubahan aransemen musik kontemporer yang dikenakan pada lagu-lagu himne. Perubahan ini sejatinya harus dilihat dalam konteksnya yakni ketika gelombang besar perubahan kebudayaan menghampiri dunia barat saat itu. Dunia di luar gereja berkembang dengan begitu dinamis serta menawarkan bentuk-bentuk kehidupan yang begitu bebas dan cair. Musik Rock n Roll berkembang dengan pesat dan para musisi rock dengan cepat memperoleh kerumunan fanatiknya tersendiri. Gereja lambat laun mulai ditinggalkan oleh orang-orang terutama generasi muda karena terkesan kaku, tradisional, dan membosankan. Pada akhirnya untuk merespon situasi yang terjadi dalam gereja, para pencetus perubahan musik ini mulai meyakinkan generasi muda bahwa musik serta irama yang mereka temukan di luar dapat ditemukan pula di dalam gereja.


Hingga kini musik gerejawi kontemporer terus berkembang dan bahkan muncul kelompok-kelompok musik yang konsisten mengembangkan jenis musik tersebut. Kritik terbesar dari aliran musik gerejawi yang demikian ialah syair-syair yang diciptakan kadangkala merefleksikan aspek teologis yang terlalu dangkal dan terlampau pragmatis. Relasi antara Tuhan dan Manusia hanya dideskripsikan sebatas berkat dan kuasa Tuhan tanpa melihat kompleksitas lain dalam relasi tersebut. Terlepas dari segala kontroversinya rupanya musik gerejawi kontemporer telah memberikan warna yang begitu berbeda dalam sejarah musik gerejawi.

Kategori
Recent Posts
Archive
bottom of page