top of page

SAKINAH


Suatu hari saya betemu dengan seorang ibu setengah baya. Penampilannya bersahaja, tetapi baik. Ramah, sopan, dan meski sederhana namun memancarkan citra cemerlang. Saya tanya namanya: “Nama Ibu siapa?”. Dengan sederhana ia menjawab: ”Nama saya mbok Sakinah”. Lho? Bukan ibu tapI MBOK? Dia menyebut diri MBOK bukan bu. Sederhana sekali orang ini,


Apa itu sakinah? Shekinah (bhs. Ibrani) atau shakinah (bhs Arab / menjadi bhs Ind.) arti dasarnya adalah “mulia”, “cemerlang”, “indah”. Manusia diciptakan Allah sebagai makhluk yang mulia, bahkan menjadi mahkota dari segala ciptaan Allah. Kemuliaan Allah tercermin dalam kehidupan manusia yang indah dan mulia, karena Penciptanya adalah Mahamulia.


Sebuah benda yang masih baru dan bagus serta berfungsi dengan baik, harganya begitu mahal. Tapi ketika benda itu rusak, ketinggalan jaman dan tak dapat lagi dipakai, harganya sedemikian merosot. Sebuah komputer atau handphone yang sudah dipakai 10-15 tahun dan rusak, akan tidak lagi memi-liki harga. Manusia begitu juga. Ketika diciptakan Allah dan baik adanya, ia amat berharga. Allah bahkan memberinya kemuliaan di atas segala makhluk ciptaan. Tetapi ketika manusia menyalah-gunakan kebebasannya dan mem-berontak melawan Allah, ia kehilangan kemuliaan Allah. Ia tidak lagi shekinah, tidak mulia, tidak bercahaya.


Shekinah menggambarkan umat Allah yang mulia dan cemerlang, yaitu kalau Allah ada di tengah-tengahnya. Jadi sekhinah itu akan terjadi hanya ketika umat memberi tempat bagi Allah dan firmanNya untuk tetap berada di tengah hidupnya, sehingga mereka diberkati. Apa yang membuat ia diberkati adalah keterbukaan dan penerimaan terhadap Roh yang akan turun atasnya.


Seperti Awan Kemuliaan menjatuhkan bayangannya pada Kemah Pertemuan selama perjalanan pada masa keluaran, maka Yesaya menubuatkan bahwa kemuliaan yang sama akan menjatuhkan bayangannya pada Gunung Sion setelah gunung itu disucikan (Kel. 40:34, Yes .4:5). Pengertian yang sama dipakai juga untuk mengatakan tentang kehadiran Allah, dan menjadi tampak begitu jelas dan nyata dalam peristiwa ketika Yesus dimuliakan di atas bukit. WajahNya bersinar.


Keluarga kita juga perlu menjadi keluarga yang shekinah. Di tengah-tengah kehidupan masyarakat yang meski sering disebut religius, namun menampakkan gejala-gejala kekerasan, ketidak pedulian akan hukum dan moral, dan tidak tampak tanda-tanda beriman dengan benar, kita tidak dapat memancarkan terang kalau kita sendiri juga tidak shekinah, tidak menjadi terang. Namun untuk menjadi keluarga yang shekinah kita perlu berbenah diri dengan sungguh-sungguh.

Kategori
Recent Posts
Archive
bottom of page