Belajar Mengenal: Gereja Bethel Indonesia (GBI) (4)
Dari gereja-gereja aliran pentakosta yang telah kita bahas minggu yang lalu terlihat satu catatan yang cukup menarik yakni terjadi banyak ‘pembiakkan’ gereja-gereja pentakosta karena berbagai alasan. Salah satu gereja yang membiak dari GPDI adalah Gereja Bethel Indonesia (GBI). GBI didirikan oleh Pdt. H. L. Senduk pada 6 Oktober 1970 di Sukabumi, Jawa Barat. Pdt. H. L. Senduk pada mulanya merupakan pendeta GPDI yang kemudian memisahkan diri dan membentuk sinode sendiri (GBI). Kehadiran GBI dalam kekristenan di Indonesia membawa sebuah warna tersendiri. Dalam waktu yang relatif singkat GBI bertumbuh di seluruh Indonesia dan biasanya ditandai dengan fenomena ibadah yang dihadiri ribuan orang serta penyelnggaraan Kebaktian Kebangunan Rohani di tempat-tempat umum. Dari GBI-lah kita pertama kali mengenal istilah ‘gereja kharismatik’. Apakah sesungguhnya aliran Kristen Kharismatik itu? Gerakan Kharismatik lazim disebut Neo-Pentakostal. Beberapa peneliti dan teolog berpendapat bahwa kemunculan gerakan Kharismatik tidak pernah lepas dari gerakan pentakostal. Gerakan Kharismatik muncul di Amerika sekitar tahun 1960 dan mulai dikenal di Indonesia sejak akhir tahun 1960an. Awalnya gerakan Kharismatik merupakan sebuah persekutuan doa yang interdenominasional. Namun lambat laun persekutuan itu mulai melembaga dan terbentuklah gereja-gereja kharismatik. Pdt. Prof. Jan Aritonang mencatat bahwa Salah satu unsur dari persekutuan Kharismatik yang paling menarik, adalah cara kaum Kharismatik beribadah (yang lazim mereka sebut Praise and Worship). Pengunjungnya sebagian cukup besar adalah warga gereja-gereja ‘tradisional’ dapat mengungkapkan emosi mereka secara spontan melalui tepuk-tangan, berteriak, menari, dsb. Mereka tidak perlu memeras otak - yang telah lelah bekerja seharian ataupun seminggu penuh - untuk memahami khotbah, melainkan mendapat hiburan segar.
Teologi yang dominan diajarkan di gereja-gereja kharismatik (termasuk GBI) adalah tekanan yang kuat pada pneumatologi (ajaran tentang Roh Kudus). Keberadaan Roh Kudus adalah keberadaan yang memberi dampak dan kuasa bahkan menghadirkan mukjizat. Roh Kudus harus ‘diundang’ dalam peribadahan dan termanifestasi dalam cara orang beribadah yang penuh tanda fisik kehadiranNya (bahasa Roh, mukjizat, dll).