DIUTUS ITU TAAT KEPADA YANG MENGUTUS
kepengin pergi ke China, malah ”dibuang” ke Afrika Sejak masih berusia belasan tahun, David Livingstone (seorang Inggris) tertarik ketika membaca berbagai ceritera tentang China. Ia selalu bertanya tentang China dan punya kerinduan besar untuk suatu kali menjadi pekabar Injil di sana. Dengan amat sungguh-sungguh ia menekuni bidang medis, dan mempersiapkan segala sesuatunya untuk menjadi pekabar Injil di China. Ia yakin bahwa itulah kehendak Tuhan yang amat besar di dalam hidupnya.
Ia kemudian melamar ke gereja dan badan penginjilan untuk di kirim ke China. Gereja dan badan penginjilan yang mengurusnya telah memutuskan untuk merencanakan pengutusan David Livingstone ke China, namun tibatiba pemerintah Inggris menangguhkannya dalam batas waktu yang belum ditentukan karena terjadi perang Candu, dan warga Inggris dilarang memasuki China. David muda kecewa berat, karena merasa segala persiapan telah dilakukan, tetapi ketika waktu telah tiba, kesempatan justru tertutup.
Beberapa waktu sesudah itu seorang missionaris Inggris yang mengunjungi Afrika menceritakan bahwa pintu pekabaran Injil ke Afrika terbuka lebar. Banyak penduduk Afrika hidup di bawah garis kemiskinan, ketiadaan pendidikan, dan kondisi kesehatan yang amat buruk. Mendengar laporan missi itu David Livingstone merasa seperti mendapat panggilan baru yang bahkan lebih menantang. Ia berfikir : ”Mengapa aku harus menganggur dan menunggu berakhirnya perang candu, sementara banyak manusia di Afrika yang menderita dan sakit menunggu saya? Saya akan ke Afrika sekarang juga!” Dan ia melakukan apa yang menjadi keputusannya.
David Livingstone bekerja amat tekun dan penuh pengabdian di Afrika. Medan dan tantangannya amat berat, tetapi ia justru termotivasi. Ia merasa amat dibutuhkan di sana. Dan pekerjaannya amat diberkati Tuhan dengan banyak sekali hasil. Ia bukan saja telah menjadi dokter yang telah memberikan pelayananannya untuk menyehatkan orang Afrika, tetapi lebih dari itu, juga hamba Tuhan yang telah membuka pintu bagi banyak orang Afrika untuk diselamatkan. Begitu besarnya makna pelayanannya di Afrika, beberapa orang menjulukinya “rasul untuk Afrika”.
Pada waktu ia telah melihat pelayanannya yang diberkati dengan sekian banyak buah, ia telah melupakan keinginannya untuk pergi ke China. Ia bahkan telah merasa bahwa Afrika adalah rumahnya, tanah airnya yang ke dua. Tuhan kadang-kadang membelokkan kerinduan seseorang yang kelihatannya begitu mantap dan besar, dengan mengarahkannya ke jalan lain yang menurut Dia jauh lebih bermakna. Tapi memang kita sering tak mampu memahaminya, sebelum segala sesuatunya terjadi.