Serba-serbi Peribadahan (9)
Secara garis besar dalam putaran satu tahun liturgi dibagi menjadi tiga masa, yaitu, Masa Raya Paskah, Masa Raya Natal dan Masa Biasa (Minggu-minggu biasa). Pada masa biasa ini biasa terdapaat perayaan-perayaan dan hari-hari peringatan lainnya. Salah satu yang berada dalam rentang itu adalah Minggu Transfigurasi. Dalam kalender tahun gerejawi, Minggu Transfigurasi dihayati sebelum memasuki Masa Raya Paskah. Transfigurasi Kristus adalah peristiwa di mana Yesus dimuliakan di gunung, serta bertemu dengan Musa dan Elia di atas gunung itu. Muka-Nya bercahaya dan penuh dengan kemuliaan. Gereja-gereja perdana menghayati peristiwa ini sebagai puncak spiritualitas Yesus. Pada peristiwa transfigurasi itu Yesus bersama dengan ketiga muridNya yakni Petrus, Yakobus , dan Yohanes. Hal ini menandakan bahwa peristiwa transfigurasi juga hendak menekankan bahwa dibalik penderitaan, caci maki, dan salib yang harus Yesus derita ada kemuliaan dan kemenangan Allah yang terpencar indah.
Sementara itu bagi Rasid Rachman, dalam bukunya “Hari Raya Liturgi:Sejarah dan Pesan Pastoral Gereja.” Minggu transfigurasi berada dalam bingkai perayaan Kristologis dalam tahun liturgi. Perayaan Krisstologis adalah perayaan yang tidak langsung berhubungan tetapi berkaitan dengan kisah Kristus. Gereja Roma Katolik menyebutnya dengan pesta yang dibedakan dengan hari raya. Di sisi lain gereja-gereja Protestan tidak begitu mengenal pembagian ini hanya ada beberapa perayaan yang diadopsi dalam liturgi dan salah satunya ialah minggu transfigurasi.
Minggu transfigurasi sendiri diadopsi dari tradisi monastik (kebiaraan) gereja timur di gurun pasir pada abad ke-4. Tradisi ini kemudian menyebar ke wilayah Spanyol dan Perancis pada abad ke-10. Oleh karena perayaan ini mengingat penampakan Yesus (pewaris Injil) bersama Musa (pewaris Taurat) dan Elia (pewaris Kitab Nab0-nabi), maka secara oikumenis- kecuali Roma Katolik dan Episkopal- tema ibadah disamakan dengan Minggu terakhir setelah Epifania atau Minggu Prapaskah II. Beberapa gereja Protestan di Indonesia telah memulai Prapaskah 1 di sini, sama dengan Minggu terakhir setelah Epifania.