top of page

Sabtu Sunyi dan Minggu Paska [1]


Sabtu Sunyi: Hari Sabtu diantara Jumat Agung dan Paska disebut dengan Sabtu Sunyi, karena pada hari Sabtu Sunyi ini jemaat diajak untuk menghayati kesunyian kubur Yesus. Sabtu Sunyi/Suci adalah masa transisi antara KEMATIAN dan KEBANGKITAN, antara DUKA dan HARAPAN. Keduanya dilabuhkan dalam sikap iman seraya merenungkan makna kefanaan manusia dalam kematian Yesus. Penghayatan itu dilakukan dengan keheningan dan sikap meditatif di hadapan Allah. Melalui keheningan Sabtu Sunyi, jemaat dapat memperoleh pencerahan hidup, sehingga mampu mengubah setiap kedukaan, kepahitan, dan penderitaan menjadi sumber kekuatan, semangat, dan daya juang untuk memaknai kehidupan dalam perspektif iman.

Pada hari Sabtu Sunyi tidak diselenggarakan ibadah yang terpimpin,namun gereja ‘dibuka’ untuk memfasilitasi jemaat melakukan renungan pribadi/meditasi dengan berbagai macam bentuk doa, seperti doa Labirin, Lectio Divina secara pribadi, Taize, atau dalam bentuk yang lain yang dapat membantu jemaat memasuki perenungan pribadi. Dalam rangka itu, dapat disediakan panduan untuk renungan yang dapat digunakan oleh jemaat .


Ibadah Paska: Kata ‘paska’ diterjemahkan dari kata Yunani pasca (paska) yang berarti melewati. Dalam bahasa Aram, kata ini berasal dari kata pesakh yang memiliki arti yang sama, sehingga sebenarnya istilah Paska ataupun Paskah keduanya sama. Paska, yang setiap tahun kita rayakan, sesungguhnya berakar dari tradisi Alkitab dalam Perjanjian Lama. Tradisi itu kemudian diberi makna ulang oleh Tuhan Yesus dalam Perjanjian Baru. Dengan menangkap inti dari perayaan Paska, diharapkan jemaat dapat mengikuti ibadah Paska dengan penghayatan yang benar pula.

Orang Yahudi merayakan Paska untuk menghayati karya penyelamatan Tuhan Allah yang membebaskan mereka dari perbudakan di Mesir menuju tanah Perjanjian. Paska Yahudi ini dimaknai ulang oleh Tuhan Yesus sebagai karya penyelamatan Allah yang membebaskan manusia dari perbudakan dosa. Dalam Injil Matius 26:2, ketika Yesus memberitahukan penderitaan yang akan dialami-Nya, Yesus berkata kepada para murid, "Kamu tahu, bahwa dua hari lagi akan dirayakan Paska, maka Anak Manusia akan diserahkan untuk disalibkan." Yesus menyebut dirinya sebagai Anak Manusia yang akan dikorbankan dalam perayaan Paska. Yohanes Pembaptis menyebut Yesus sebagai 'Anak Domba Allah, yang menghapus dosa dunia.' (Yoh.1:29). Yesus adalah Anak Domba Paska itu. IA mati dengan disalib untuk menyelamatkan manusia dari dosa. Paska bisa disebutkan sebagai tindakan Allah mengasihi manusia, dengan mengorbankan anak-Nya yang tunggal yaitu Yesus Kristus. Yesus menjadi ‘anak domba Allah’ penebus dosa manusia, yang darah-Nya telah tercurah dan tubuh-Nya telah tercabik-cabik untuk menyelamatkan manusia. Pengorbanan-Nya adalah wujud kasih Allah yang memelihara umat, dan kebangkitan-Nya adalah tanda kemenangan-Nya dari kuasa maut.

Dalam penghayatan iman yang demikianlah maka GKJ Joglo merayakan Sakramen Perjamuan pada saat Ibadah Paska,karena kita merayakan Kristus yang mati namun juga Kristus yang bangkit. Kebangkitan dan kemenangan-Nya kita rayakan pada saat Paska dengan menerima Sakramen Perjamuan. Air anggur dan roti perjamuan yang dipergunakan dalam Sakramen Perjamuan mengingatkan jemaat bahwa Yesus Kristus yang mati itu adalah juga Kristus yang bangkit dan masih terus berkarya hingga saat ini. Melalui Sakramen Perjamuan, Allah memelihara iman umat-Nya.

[1] Diambil dari buku pedoman paska-pentakosta GKJ Joglo

Kategori
Recent Posts
Archive
bottom of page